Masjid Batu (Watu) dikenal oleh masyarakat sekitar namanya yaitu MASJID KAJI WATU. Nama tersebut tidak asing lagi karena yang membuat masjid tersebut adalah seorang tokoh agama didaerah tersebut yang mempunyai kelebihan memecah batu sebesar rumah untuk disulap menjadi sebuah bangunan masjid. Dengan kekuatan doa-doanya Mbah Abdulah Ngisa namanya mempunyai keinginan akan membuat tempat ibadah dari batu yang ada di pekarangannya.
Mbah Abdulah Ngisa waktu kecilnya bernama Darsan lahir tahun 1850-an. Setelah naik Haji Darsan berganti nama Abdulah Ngisa, untuk mengingat sejarah pertama kali membelah batu di waktu sholat Isa. Kaji watu juga bisa merarti mengaji di atas batu atau mempelajari ajaran-agama sambil duduk di atas batu.
Kondisi batu sebelum dibuat masjid konon kabarnya sangat angker dan banyak penghuni lelembut yang sering mencelakakan baik hewan maupun manusia.
Di suatu saat Mbah Abdulah Ngisa kedatangan tamu seorang ulama dari Buntet Cirebon yang bernama Kyai Abbas, bahwa batu ini bisa untuk tempat berlindung pejuang Indonesia untuk melawan Belanda. Tentara Belanda tidak berani menyerang tentara RI yang sedang berlindung di sekitar batu yang angker tersebut.
Masjid Batu asal mulanya adalah sebuah batu besar kemudian dipecah oleh mbah Abdulah Ngisa sampai menjadi sebuah lantai. Pecahan batu ada yang dibuat tiang , dinding dan daun pintu. Dengan ketekunan mbah Abdullah Ngisa pecahan pecahan batu itu disusun dan dibuat sebuah rumah ibadah yaitu Masjid Batu, yang artinya sebuah bangunan masjid yang dibuat serba batu.Kelebihan pecahan batu sebagian untuk membangun rumah tinggalnya yang tidak jauh dari lokasi. ( ditulis kembali oleh Karsono. Ama.Pd Pamong Budaya Kepurbakalaan Dinbudpar Kab. Banyumas)
Masjid Batu dikenal oleh masyarakat sekitar namanya yaitu MASJID KAJI WATU. Nama tersebut tidak asing lagi karena yang membuat masjid tersebut adalah seorang tokoh agama didaerah tersebut yang mempunyai kelebihan memecah batu sebesar rumah untuk disulap menjadi sebuah bangunan masjid. Dengan kekuatan doa-doanya Mbah Abdulah Ngisa namanya mempunyai keinginan akan membuat tempat ibadah dari batu yang ada di pekarangannya.
Mbah Abdulah Ngisa waktu kecilnya bernama Darsan lahir tahun 1850-an. Setelah naik Haji Darsan berganti nama Abdulah Ngisa, untuk mengingat sejarah pertama kali membelah batu di waktu sholat Isa. Kaji watu juga bisa merarti mengaji di atas batu atau mempelajari ajaran-agama sambil duduk di atas batu.
Kondisi batu sebelum dibuat masjid konon kabarnya sangat angker dan banyak penghuni lelembut yang sering mencelakakan baik hewan maupun manusia.
Di suatu saat Mbah Abdulah Ngisa kedatangan tamu seorang ulama dari Buntet Cirebon yang bernama Kyai Abbas, bahwa batu ini bisa untuk tempat berlindung pejuang Indonesia untuk melawan Belanda. Tentara Belanda tidak berani menyerang tentara RI yang sedang berlindung di sekitar batu yang angker tersebut.
Masjid Batu asal mulanya adalah sebuah batu besar kemudian dipecah oleh mbah Abdulah Ngisa sampai menjadi sebuah lantai. Pecahan batu ada yang dibuat tiang , dinding dan daun pintu. Dengan ketekunan mbah Abdullah Ngisa pecahan pecahan batu itu disusun dan dibuat sebuah rumah ibadah yaitu Masjid Batu, yang artinya sebuah bangunan masjid yang dibuat serba batu.Kelebihan pecahan batu sebagian untuk membangun rumah tinggalnya yang tidak jauh dari lokasi. ( ditulis kembali oleh Karsono. Ama.Pd Pamong Budaya Kepurbakalaan Dinbudpar Kab. Banyumas)
keberadaan masjid ini di desa tamansari kecamatan karanglewas sangat terawat. kunjungan saya ke masjid watu tersebut pada saat sholat maghrib. cuma terkendala air. di daerah ini cukup susah untuk mendapatkan air. untuk air wudhunya harus menimba air di sumur yang sangat dalam, dan sebenarnya juga ada air tuk yang di gunakan warga sekitar untuk berwudhu, mandi dan untuk mencuci.
untuk kegiatan pengajian dari pengamatan saya sepintas mungkin karena daerah/grumbul di situ warga nya sedikit atau bagaimana yang jelas pada saat itu jamaah sholatnya cuma di barisan soft depan sendiri, itu saja ndak penuh. dan saya perhatikan bada maghrib juga ndak ada kegiatan kajian Al-quran maupun kitab kuning di masjid tersebut. jamaah asyik berdzikir sendiri2…
Smoga keberadaan masjid ini tetap lestari dan menjadi paku penguat islam di wilayah banyumas satria ini.
mari bersama-sama saling mengingatkan dalam hal kebaikan. kita gapai kejayaan nusantara di era ini. jadikan negeri ini yang gemah ripah loh jinawi.-<( kimangli )>-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar